Sunday, February 25, 2018

Ladang

Menuruni hari minggu siang menjelang ashar, menyusuri jalanan aspal tepi kota yang mulus dgn suasana kiri kanan yg nyaman. Saat memandang hamparan ladang yang sedang ditanami aneka tanaman bibit dengan luas hektaran, aku membayangkan betapa kayanya si pemilik tanah itu, mungkin dia sendiri yang menanam dengan beberapa pekerja upahan atau mungkin juga digarap orang lain dengan sistem sewa tahunan ataupun bahi hasil. Yang kubayangkan adalah tingkat kemakmurannya dan tentu saja biaya operadional yang tidak kecil. Dalam pemahamanku kalau hanya petani kecil biasa sepertinya tak akan menggarap dengan cara sedemikian rupa dengan area seluas itu. Bisa jadi itu adalah bentuk kerja kelompok atau gabungan beberapa petani binaan profesional, entahlah....
Aku hanya membayangkan betapa makmurnya mereka, tentu omzetnyapun tidak sedikit,entah hitungan berapa digit aku tak faham. Hanya....kemakmuran itu milik siapa sebenarnya? Pemilik lahan, penggarap, ataukah para pekerja upahan? Tentu bagian terbesar adalah pemilik lahan.
Sejenak aku tersentak, apakah rasa irihari sedang memasuki pikiranku? Semoga tidak bermakna sepwrti itu, bukankah aku juga punya"ladang" sendiri sebagai tempatku "bercocok tanam" meskipun tidak berbentuk lahan garapan yang luasnya hektaran. Ladangku adalah kreatifitasku, naluri ku dalam berkesenian dan bekerja yang menghasilkan produk yang selama 6 th ini alhamdulillah menjadi kegiatan dan penghidupan dan yang memungkinkan aku bisa berjalan menapaki hari yang makin senja hingga melihat hamparan ladang yang luas itu....subhanallah,walhamdulillah,walaillahaillallahu Allahu Akbar...