Tuesday, January 21, 2014

Langitku



Inilah langitku hari ini,
Tempatku mengawali hari dengan sejenak menatapnya menuruni pagi.

Pagi ini seperti hari-hari sebelumnya saat kubuka jendela untuk menyapa embun, pemandangan tampak blur....kabut tebal menyelimuti bukitku, kubuka pintu dan kuabadikan.
Celoteh orang-orang yang hendak kepasar Milir,sayup-sayup mereda dan menghilang dalam kepekatan pagi ini.

Menuju siang cuaca cerah sejenak, sesekali byar pet karena mendung di langit berlalu lalang. Kuabadikan sejenak keceriaan pagi ini dalam nuansa langit yang cerah. Sesedah itu langitpun meredup...membawa pesan bahwa sepertinya akan menjelang hujan entah berapa lama lagi....yang jelas keadaan cuaca yang meredup adalah petunjuk atau peringatan bagi sesiapa yang punya jemuran atau sesuatu yang tak ingin basah tersiram curahan hujan maka segeralah diamankan.
Tapi keadaan cuaca ini tak berpengaruh pada sinyal internetku, tetap lelet, meskipun hari cerah apalagi saat hujan, padahal aku berada di puncak bukit ini, mengapakah gerangan? Mungkin jawabannya harus ganti provider !!!

Sunday, January 19, 2014

Kolak sukun

Banjir

Sejak beberapa hari yang lalu Banjir menjadi Trend Topic yang mendominasi berita di hampir semua media. Tentu saja karena beberapa kota peisisr di Indonesia mengalaminya, termasuk Jakarta sebagai ibukota negara, tempat pusatnya pemberitaan. Otomatis banjir Jakarta "menyebar" cepat dan menjadi perhatian nasional.
Bersyukur sekali beberapa saudara,teman,sahabat,colega,dan orang-orang yang kukenal di ibukota umumnya terhindar banjir.
Duluuu...tugas akhirku adalah tentang banjir. Pada waktu itu yang kubidik adalah banjir rutin yang melanda hampir separoh wilayah kecamatan. Meskipun menjadi langganan banjir namun nyaris tak terdengar gaung kata "bencana", mengapa ?
1. Kurang publikasi dan kurang diekspos kepermukaan
2. Secara geografis wilayahnya memeng berpotensi banjir
3. Normalisasi sungai yang dituding sebagai penyebabnya , bukan "solusit" yang harus segera dilaksanakan.
4. Masyarakat bisa beradaptasi dengan caranya sendiri dalam menghadapi "musim" banjir
5. Bagi yang mampu mungkin bisa memilih pindah lokasi ke desa lain yang bebas banjir (namun hal ini bukan hal yang umum terjadi)
Bagaimana dengan banjir di ibukota ? 1.Mungkin Trans Jakarta "amphibi" perlu segera jadi kenyataan dan bukan lagi gambar rekayasa photoshop,
2. Mungkin warga Jakarta jangan melulu memikirkan dan mengoleksi mobil saja, karena perahu karet akan menjadi suatu hal penting yang perlu dimiliki setiap keluarga.
3. Semua warganya harus peduli pada sampah yang berpotensi menyumbat aliran air.
4. Para pengembang rumah modern umumnya sudah meninggikan lokasi bangunan rumah yang dikemas sedenikian rupa dalam konsep mediteran ataupun minimalis modern. Konsep ini mungkin perlu ditiru oleh mereka yang bertempat tinggal di lokasi rawan banjir.
5.Banjir rupaya lumayan juga buat "Llatihan tempur" para jurnalis /Reporter TV yang harus "nyempung" ke air untuk melaporkan situasi....
6. Banjir rupanya menjadi arena untuk berinteraksi dan saling peduli warga ibukota yang kononnya mulai individualis.(?)
7....Apalagi ya? Ntar aja kapan-kapan nyambung lagi yee...selamat pagi Indonesia....

Monday, January 13, 2014

Kasterallo bakar


KASTERALLO

Kasterallo alias ubi jalar alias boled alias telo munthul....hmmm namanya banyak sekali yaa....hampir tiap daerah punya namanya sendiri-sendiri. Variannya pun bermacam-macam sekali ada yang putih polos, ada yang kekuningan, ada yang bercak ungu, sampai yang full berwarna ungu hampir seperti buah bit. Tingkat kekerasan dan kualitas kepulenannyapun macam-macam mulai dari yang keras dan pulen, agak pulen, sampai yang terlalu lembek (bila dikukus). jenis yang lembek ini lebih cocok dikonsumsi mentah misalnya seperti untuk rujakan. Ada lagi species khusus yang dikenal dengan nama "ubi cilembu", nah...yang ini mungkin hanya tumbuh di Cilembu 'kali ya....ubinya manissss sekali, kalau di Jawa barat biasanya dijual sudah matang dipanggang. sekali waktu saya beli mentah terus  di panggang sendiri...woww...lamaaa...sekali rasanya gak mateng-mateng (keras terus) padahal setelah api dimatikan, langsung dech mimples dan peot...entahlah idealnya harus berapa lama manggangnya....

Yang kufoto ini ubi biasa berwarna kuning seperti yang untuk rujakan tapi yang ini tidak lembek, pulen bagus dech...aku bilang ubi Jawa (karena kalau di Bandung yang beginian pasti dapat yang lembek). 
cara masaknya mudah banget lho....dikupas, cuci bersih, potong sesuai selera. Kemudian atur di wajan Double pan, tutup rapat nyalakan api kecil/sedang...dua puluh menit kemudian buka, matikan api...angkat dan sajikan.....cocoknya sambil minum kopi...sruuuupuuuuttttt....:)