tidak semua yang kita maksudkan untuk kebaikan diterima oleh orang lain sebagai kebaikan pula, bahkan tidak sedikit yang kemudian diartikan dengan sangat berbeda bahkan bertentangan dengan maksud kita sebenarnya. Memahami "distorsi" penyampaian maksud hati yang demikian sungguh sangat tidak mudah, meskipun kita telah menyelipkan sebaris kata-kata untuk memperjelas maksud hati, namun itupun sering kurang membantu karena tidak jarang ditangkap dengan tafsiran yang berbeda.
Dalam keseharian barangkali inilah yang disebut salah paham, dan ternyata tidak mudah meluruskan paham dengan orang lain yang mempunyai terminologi berpikir yang berbeda.
Jika tidak diliputi dengan yang namanya kesabaran, pada level yang demikian bisa menyebabkan "tinju" melayang, dalam skala massal bisa mengakibatkan segala hal yang tidak terduga, termasuk, batu-batu dan segala macam barang menjadi "beterbangan", pendek kata...tindakan anarkhis menjadi tidak terelakkan.
Inikah yang sering terjadi di kalangan saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air?
Mengapa mudah sekali timbul kemarahan yang berbuntut bentrokan, tawuran, amuk massa, atau apapun namanya yang semuanya berupa tindakan yang sifatnya serba merusak?
Semua orang tentu bertanya-tanya apanya yang salah?
itu adalah perilaku tidak dewasa? kalau begitu seperti apakah sesungguhnya yang disebut dewasa? Kedewasaan tidak semata-mata dirtunjukkan dengan ciri-ciri fisik dan lahirian semata.
Kita semua dianjurkan untuk selalu mawas diri dan introspeksi diri, karena kebaikan maupun kesalahan sesungguhnya tidak berada di tempat lain, melainkan ada pada diri sendiri. Kebaikan yang kita lakukan akan kembali menjadi kebaikan yang kita terima, demikian pula sebaliknya.....
Tapi masalahnya mungkin karena diantara kita sering "tidak punya waktu" untuk berdialog dengan diri, karena terlalu sibuk memikirkan dan mengerjakan berbagai tuntutan kebutuhan lahiriah, sehingga gizi rohani menjadi terabaikan....benarkah?? ***18Feb1212
No comments:
Post a Comment