
makan jeruk bali ini awalnya adalah kesulitan mengupas kulitnya yang tebal, berbeda dengan jeruk manis biasa yang ukurannya lebih kecil dan mudah digenggam tangan kiri smentara tangan kanan mengupasnya, selesai.
Aku memerlukan alat bantu pisau untuk mengupasnya, meski tak bisa terlihat sempurna seperti foto di atas,yang penting bisa terbuka dan bisa dimakan.
Saat menikmatinya pun perlu cermat, perlu mengupas kulit buah yang membalut bulir-bulir buah menjadi komposisi yang kompak, karena sedikit saja kulit buah ikut termakan, pahitnya akan sangat terasa, apalgi biji-biji yang tersusun rapi disela-sela buliran buah, warnanya yang kekuningan dan bentuk yang indah juga memberikan rasa pahit yang akan terngiang-ngiang selalu. Jadi untuk menikmatinya, hanya ambil daging buahnya saja yang bila diurai berbentuk buliran-buliran segar, dan jika bisa mendapat jenis yang baik akan diperoleh rasa manis dan segar, meskipun hanya dimakan begitu saja.
Dagung buah yang berbentuk buliran ini sangat luar biasa bagiku, ia kuat dan kokoh terbungkus kulit buah yang kemudian terbungkus lagi oleh lapisan kulit luar yang cukup tebal. Kulit buah yang tipis bila ikut termakan sangat pahit begitu pula bijinya yang melekat erat berada di dalam balutan kulit buah bersama bulir-bulit buahnya. Yang manis tetap manis, yang pahit tetap pahit dan lapisan pelindungnyapun pahit, tapi satu sama lain tidak saling mempengaruhi. Bulir buah tetap manis dan tidak terbersit rasa pahit meskipun bercampur erat dengan yang biji dan kulit buah pahit.
Baru sebatas kekaguman, Insya Allah jika maknanya tertangkap lebih dalam kulanjutkan catatan ini.
*kp, subuh 22 Mei 2019
No comments:
Post a Comment