Tadinya tulisan ini akan kuawali dengan “entah mengapa...”
tapi selain karena sudah terlalu klise, lantaran sudah sering kita jumpai pada
puisi dan cerpen (cerita pendek) ataupun cerpan (cerita panjang-red). Selain
itu juga karena setelah kurasa-rasa, rasanya kalimat itu agak-agak tendensius
mengarah pada situasi keluh kesah akibat “ketidakberdayaan”. Meskipun mungkin
aku berada pada posisi dan situasi ketidakberdayaan, aku tak begitu suka
menggunakannya, karena kalau sebuah awalan dumulai dengan ketidakberdayaan,
agak sulit memprediksi bagaimana nanti lanjutannya dan akhirnya...
Memulai sesuatu dengan “semangat empat lima”, jauh lebih
menggembirakan karena mengandung semangat juang yang gigih dan berani, apalagi
didasari dengan niat yang tulus dan kuat serta kesungguhan hati yang penuh
untuk melakukan sesuatu demi memperjuangkan sesuatu dan supaya apa yang
diharapkan dan dilakukan menjadi berhasil dengan gemilang.
No comments:
Post a Comment