Monday, December 16, 2013

kuawali hariku



*dari Rumah di atas bukit*
sejak Tiga tahun lalu, tengah malam beberapa menit menjelang jam 00.00 aku tiba di tempat ini yang kusebut sebagai kota perbatasan tepat di perbatasan waktu saat pergantian hari dari malam menuju pagi dan diambang perbatasan tahun karena menjelang pergantian tahun baru 2011.

Dari sini kuawali hariku yang baru...
ketika mentari pagi mulai menampakkan sinarnya...

Tuesday, December 10, 2013

Mangga

Begini cara makan mangga...
Hehee..he...gak penting banget ya kan? Suka-suka anda sih...
Jangan salah lhoo..temanku di kantor dulu ada yang gak bisa kupas mangga lho !!! Pegang pisaunya saja kaku...lebih parah lagi karena tidak tahu dari posisi mana memulai dan ke arah mana mengarahkan pisaunya, belum lagi soal ketebalan kulit mangga yang dihasilkan..duhh...pokoknya jadi acak adut dech...sekarang setelah dia jadi ibu rumah tangga entahlah, apakah pernah beli mangga untuk keluarganya atau tidak, karena resikonya tentu kita harus bisa mengupas dan menyajikan yang menarik dan siap santap. Mungkin perlu juga ada tutorial cara mengupas mangga...hahaha..

Saturday, December 7, 2013

Seafood (kepiting) lezat


Minggu pagi meluncur pulang dari rumah bunda setelah menginap semalam disana, sampai congot dari beberapa penjual ikan yang berderet disitu ada satu yang menarik perhatianku...ada udang segar, maka itulah yang kuhampiri. Wow...ternyata ada juga kepiting meski hanya tinggal 2 ekor, langsung saja kuambil semuanya setelah sedikit tawar menawar, meskipun sebenarnya harga sudah tak bisa goyang tapi lumayanlah dapat tambahan beberapa ons sekedar bonus.
Sampai rumah langsung masak nasi dan lauknya udang goreng tepung sera ini dia....minggu seafood ala rumahan nan lezat.'Kepiting saus tiram".
Istimewanya adalah mudah memasaknya, padat gizinya, dan xo..xo...lezatnya tak terlupakan. Mau coba?
 Ini resepnya;
Bahan:
2 ekor kepiting + 10 ekor udang + 1 butir telor ayam.
Bumbu;
Bawang merah+bawang putih diiris halus
Bawang bombay diiris kasar memanjang atau bulat
Cabe rawit
Merica
Daun bawang 1 batang diiris besar
Jahe+sereh+daun jeruk purut
Saus tiram secukupnya
Garam secukupnya
Gula jawa sedikit

Sunday, December 1, 2013

suhotu


MASAK ALA DAPUR LAWAIDA
SUHOTU
 (MAKANAN KHAS  MALUKU)


Suhotu adalah nama jenis masakan khas Siri Sori Islam, Maluku, Di kalangan Maluku yang lebih luas masakan ini juga dikenal dengan istilah ikan kuah kuning.  Berbahan dasar ikan ukuran besar seperti cakalang/tuna , tenggiri, atau kakap dan biasanya sangat pas menjadi teman makan papeda, namun juga tak kalah nikmat disantap bersama nasi putih panas.
Masakan Suhotu ini aslinya tidak menggunakan santan, untuk memberikan kuah yang pekat biasanya menggunakan kemiri dan diberi sedikit kenari. Citarasanya khas masakan Maluku yang kaya rempah, karena hampir semua rempah bumbu dapur masuk ke dalamnya.  Tapi karena berada di luar Maluku kadang saya kesulitan mendapatkan kenari (tapi jangan khawatir tak terlalu berpengaruh pada kelezatannya koq) sehingga sesekali saya modifikasi pakai santan jadi tampilannya agak seperti masakan padang, selain itu dalam prakteknya kalau gak ada ikan-ikan besar, maka ikan jenis apa sajapun jadi, yang penting ikan laut lho….
Buat yang lagi di Maluku, ….kalau habis menikmati hidangan ini, lalu meluncur ke pantai duduk menikmati angin sibu-sibu…….sioo…kalau mata su mamboro…..par apa deng Jakarta kio….ooo…….zz…zzz….zzzz……..sadaaaap sampe !!!!
Nah, ini dia resep Suhotu ala Dapur Lawaida


SUHOTU
BAHAN:
½ kg ikan (bisa cakalang/tuna,tongkol,tenggiri,kakap,salem,dll)
¼ kg kelapa parut (diambil santannya)
Air secukupnya (sampai ikan terendam)
Minyak goreng (untuk menumis)
BUMBU HALUS:


½ sdm ketumbar
½ sdt merica biji
¼ sdt jintan
2 butir kemiri
5 siung bawang merah
3 siung bawah putih
1 jari kunyit
Garam secukupnya
Gula merah (sedikit aja)


BUMBU KASAR:


Jahe
Sereh
Daun salam
Daun jeruk purut
Daun kemangi
Cabe rawit merah
tomat
Jeruk nipis/lemon


CARANYA:
1.   Bersihkan ikan, lumuri dengan air jeruk nipis (kalau ikannya besar dipotong-potong dulu ya)
2.   Panaskan minyak untuk menumis (menggunakan wajan) dengan api kecil, kemudian masukkan bumbu halus .
3.   Tambahkan bumbu kasar, sampai seluruh tumisan agak layu
4.   Tuangkan santan ,sambil diaduk-aduk sampai mendidih
5.   Masukkan ikan
6.   Biarkan beberapa saat biar bumbu meresap dan ikannya matang (sambil diaduk-aduk kuahnya supaya santan tidak pecah).
7.   Masukkan daun kemangi dan air jeruk nipis
8.   Angkat, sajikan panas-panas bersama papeda atau nasi hangat
9.   Selamat mencoba
******************

Ketenangan

 

Ketenangan

                                  
          Semua manusia di muka bumi mendambakan adanya ketenangan, keamanan dan kenyamanan dalam hidupnya. Begitu pentingnya sehinggga jaminan untuk mendapatkan rasa aman dalam hidup termasuk kedalam salah satu kebutuhan pokok manusia, selain sandang, pangan, papan, dan kesehatan.
Akan tetapi cara manusia mencapai tujuan itu yaitu menuju pada ketenangan hidup sangat bermacam-macam, bahkan terkadang menjadi salah kaprah.
         
          Pertama misalnya ketika seseorang memarahi orang lain. Dia pasti akan mengatakan bahwa apa yang dilakukannya itu punya  tujuan untuk mencapai ketenangan, baik untuk dirinya maupun orang lain, tetapi yang seringkali tidak disadarinya adalah bahwa cara yang ditempuhnya justru tidak membawa ketenangan (karena memarahi sama dengan membuat keributan). Pada proses ini orang tersebut menjadikan ketenangan sebagai tujuan belaka, sama sekali tidak mengutamakan prosesnya dalam usahanya untuk mencapai tujuan.
         
Kedua, pada tahap berikutnya, seseorang bertengkar dengan orang lain biasanya karena ada sesuatu hal yang menimbulkan perselisihan diantara keduanya. Masing-masing tidak dapat tinggal diam sehingga merasa perlu untuk menyampaikan perasaannya dengan maksud supaya ada ketenangan baik pada dirinya, maupun pada orang lain atau pada situasi tertentu yang mungkin sedang dibelanya. Seperti misalnya pada ungkapan sebagai berikut:
- "…kamu harus menerti, kasihan dia kalau kau terus begitu…." Atau  hardikan seperti ini:-"… ini rumah sakit bung, pasien butuh istirahat!!!!", dsb.
Pada tahap ini kebanyakan orang masih meletakkan ketenangan tetap masih merupakan  tujuan, tidak menganggap penting prosesnya, bahkan untuk mencapai tujuan tersebut seseorang bisa melakukan apa saja termasuk hal-hal yang tidak membawa ketenangan seperti pertengkaran. Pertengkaran adalah keributan kecil (bisa juga menjadi besar), bila terjadi keributan berarti tidak tenang, karena keributan yang ditimbulkan akibat pertengkaran itu adalah sudah berlawanan dengan tujuan utamanya yaitu mencapai ketenangan.
          Tahap selanjutnya adalah pada peristiwa peperangan, baik itu perang baratayuda di dunia pewayangan maupun perang nuklir di masa sekarang. Hampir semua konsep peperangan adalah untuk mencapai ketenangan dan keamanan serta kedamaian, tapi proses yang terjadi justru tidak tenang dan tidak aman, karena peperangan  adalah keributan besar yang bukan saja merusak dan menghancurkan segala yang ada tetapi juga dapat menyebabkan kematian, pada proses perang yang ada adalah  ketegangan, kemarahan, ketakutan, bahkan kematian, hal itu sungguh sangat mencemaskan semua pihak dan sama sekali tidak mengandung ketenangan.
          Mengapa orang menciptakan nuklir? Jika kita bertanya demikian jawabannya adalah demi terciptanya perdamaian dunia. Sebenarnya perdamaian dunia yang seperti apakah yang ingin dicapai dengan melalui program nuklir? semua orang jelas-jelas tahu bagaimana dahsyat dan berbahayanya nuklir bila diledakkan,  kekuatannya akan menhancurkan dunia dan segala isinya, musnahlah semua yang ada termasuk ketetangan yang diimpikan.
Falsafah nuklir demi perdamaian dunia adalah tidak lebih dari semacam "ancaman"untuk menuju pada ketetangan. Siapapun jangan berani-berani kepada yang punya senjata ini kalau tidak ingin dihancurleburkan.
          Dengan demikian ketenangan yang dihasilkan dari tiga tahapan proses di atas bisa dikategorikan sebagai suatu bentuk  ketenangan yang semu, karena tercipta justru melalui ketidaktenangan, dan  "ketenangan" yang timbul karena adanya ketakutan yang terpendam, kesabaran yang tak bisa dielakkan, serta ketidakberdayaan sesungguhnya bukan ketenangan yang sesungguhnya.
          Apapun yang dicapai melalui tiga tahapan proses di atas sama sekali bukan ketenangan ibarat pepatah "jauh panggang dari api", alih-alih memperoleh ketenangan,ketentraman, dan kedamaian yang dihasilkan malah  sebentuk gejolak perasaan tidak tenang yang terpendam dan sealalu cemas karena ketidak berdayaan seseorang yang sedang berada dalam ketakutan di bawah tekanan dan ancaman.
Keempat, seseorang memberikan nasehat kepada orang lain secara baik,bijak dan penuh kasih sayang untuk maksud mencapai ketenangan yang diimpikan. Proses ini adalah bagaikan mengail ikan di kolam yang tenang, artinya kita dapatkan ikan tanpa membuat kacau keadaan kolamnya. Artinya untuk menuju pada ketenangan orang tersebut menempuh jalan melalui proses yang tenang, karena menasehati seseorang secara baik,bijak dan dengan kasih sayang adalah proses dialog dari hati ke hati yang mengandung unsur nasehat yang akan dapat mengena di hati. Bila seseorang sudah tersentuh hatinnya ketenanganpun akan dirasakannya. terbuka baginya kebenaran yang akan selalu mewarnai setiap langkahnya.
          Ketenangan dalam hidup bukan sekedar tujuan melainkan  sebuah proses yang harus di jalani setiap saat oleh semua orang yang bersih hatinya dan terbuka untuk segala kebenaran.
          Ketenangan sejati adalah kebenaran sejati. Kebenaran yang paling benar hanya berasal dari Allah, bagaimana kita bisa yakin akan hal itu? Semua manusia memiliki hati, tetapi tidak semua orang mampu mendengarkan apa kata hatinya. Bila kita selalu melangkah dengan hati,dan selalu mendengarkan apa kata hati kita Insya Allah ketenangan, keselamatan, dan kedamaian adalah hidup kita.
Bandung, 3 September 2006
Arkeni Pattisahusiwa
                      
                        

Janji


Janji (fiksi)

Sebuah bungkusan barusaja aku terima dari seorang kurir pengantar barang, sebuah paket yang ditujukan untukku dari salah seorang sahabat penaku yang tinggal di ujung timur indonesia, Merauke.
sosok seorang pria  sederhana yang bekerja sebagai guru ekonomi sekolah menengah negeri. Pembawaan dan bicaranya yang kukenal melalui surat-suratnya terkesan sangat sederhana, bahkan cenderung sangat pendiam karena hanya menulis sangat sedikit untukku, surat-suratnya sangat miskin kata-kata apalagi bila dibandingkan dengan seorang sahabat lain yang juga berada di kaki cartenz.
Aku lebih mengenal tanah Papua justru karena kepiawaiannya dalam melukiskan apa yang dilihatnya melalui tulisan yang selalu ditujukan untukku. Tentang hutan tropis yang rimbun, dan penduduk setempat.  Ia tak pernah lepas dari camera Nikon yang selalu dikalungkan ke lehernya, dan selalu mengabadikan setiap moment yang dianggapnya menarik dan dikirimkannya kepadaku. Cuaca dingin yang nyaris membekukan saat ia berada di lereng Cartenz, begitu detail diuangkapkan dalam suratnya yang disertai dengan foto grafiti tulisan namaku di atas salju di puncak cartenz bersama dirinya yang dengan gagah berdiri memegang bendera. . Aku merasa tersanjung, ia menorehkan namaku di puncak tertinggi…Itulah kali pertama ia mencapai puncak cartenz, gunung bersalju yang hampir setiap hari dipandangnya sebagai suatu tantangan semenjak ia menginjakkan kaki di Papua. Saat cuaca tak berkabut, ia mampu memandang gunung itu dengan sejuta harapan untuk bisa menaklukkannya, beberapa kali rencana pendakiannya harus tertunda karena jadwal shift kerja yang berubah atau karena cuaca yang tidak memungkinkan
dua Sosok ini sangat kontras bila diperbandingkan, yang satu sederhana dan apa adanya dan yang satunya terkesan lebih kontemporer.
Penampilannya sangat standar tipikal seorang guru, selalu mengenakan stelan safari atau kemeja lengan panjang, dan bersepatu fantofel warna hitam. Kesederhanaan sangat dominan mewakili seluruh penampilannya,wajahnya sangat tidak ekspresif, selalu tampak datar, sulit diterka ia sedang senang, susah, marah atau sedih. 
Pria sederhana yang usianya sudah hampir sepauh baya itu masih hidup melajang,
Surat-suratnya banyak menuturkan tentang perjalanan hidupnya selama ini yang sangat berliku dan terjal serta penuh keprihatinan, sehingga tampaknya seluruh penampilan dirinya adalah refleksi atas semua titik yang pernah dilaluinya. 
Sebagai pria Jawa yang dilahirkan di tanah Jawa dengan kedua orang tua asli Jawa, keberadaannya di bumi Cendrawasih Merauke sekarang ini benar-benar tidak pernah terbayangkan olehnya. Masa kecilnya di Jogyakarta dilalui dengan sangat sederhana karena keluarganya terlalu miskin, sehingga lepas smep (sekolah menengah ekonomi pertama) ia mengikuti suatu program pelatihan kerja yang membuatnya kemudian dikirim dan tinggal di Makasar. Di sana ia bekerja sambil melanjutkan sekolahnya di salah satu SMA negeri di kota Mamiri.
Hidup sendiri di rantau membuatnya tak ada pilihan lain kecuali bekerja keras untuk mememnuhi kebutuhan dirinya,dan melanjutkan pendidikannya sampai d3.
Selesai pendidikannya di fakultas keguruan, ikatan dinas yang membuat dirinya ditugaskan ke Merauke. Itulah awal keberadaannya di bumi Cendrawasih.
Perlahan aku buka bungkusan paket yang ada di hadapanku dengan menggunakan cutter. Kemasan paket ini cukup besar tapi isinya tidak terlalu berat, dalam perkiraannku bisa kukatakan bahwa beratnya tidak sebanding dengan ukurannya, karena itu aku membukanya dengan sangat hati-hati.
Sebuah cangkang telur burung cendrawasih……menakjubkan. Aku sangat terkesan dan gembira luar biasa…tidak kuduga sama sekali aku akan mendapatkan sebuah bingkisan berisi barang langka yang bagiku sangat berharga. Dengan hati-hati kukeluarkan telur itu dari dalam dus yang dipenuhi dengan kertas-kertas penahan untuk melindungi telur supaya tidak pecah.
Ada bagian yang sedikit retak tapi tidak membuatnya benar-benar pecah, telur itu masih utuh berbentuk bulat lonjong seperti telur pada umumnya, warnanya agak kebiruan seperti telur beberk dengan bercak-bercak yang lebih kasar.
Sepintas cangkang telur ini utuh hanya hanya terdapat satu lubang kecil saja, aku tidak faham bagaimana mengeluarkan isinya yang kurang lebih setara dengan seputuh butir telur biasa atau mugkin lebih.
Didasar paket ada satu bungkusan lagi, isinya selembar kain polos berwarna kuning dengan  panjang sekitar tiga meter kira-kira bisa untuk membuat satu stelan baju. Aku terkesiap, seperti ada sesuatu yang aneh, mengapa ia memberiku kain polos berwarna kuning? Tapi aku tidak buang waktu, secepatnya kubuka sampul surat yang menyertai bingkisan paket ini.

kukirim untukmu
sebutir telur burung cendrawasih
untuk mengingatkanmu bahwa ini dari tanah Papua
aku berharap kamu suka menerimanya
Dan selembar kain yang kukirim ini
berharap bisa kau kenakan 
Aku akan  datang untuk bertemu denganmu tidak lama lagi
Sampai ketemu

Aku terpaku, seperti ada perasaan aneh yang menjalar dalam tubuhku. Seperti ada sesuatu yang ingin ia pesankan padaku tapi tak terucap, seperti ada yang ingin ia goreskan utukku tapi tak tertulis.
Sebelumnya aku tak pernah memiliki perasaan seperti ini, aneh, masgul, tapi aku tak sanggup menterjemahkannya. Beberapa kali aku terima kiriman bari teman-temanku termasuk Hermaga yang mengiriku bongkahan kecil batu cebakan tembaga dan cebakan emas yang diambilnya dari lokasi tambang, tak membuatku merasa aneh. Juga saat aku menerima beberapa bongkahan batu kwarsa dan metamorf lainnya yang indah, tidak membuatku merasa masgul seperti sekarang ini.
- "sebaiknya cepat letakkan di meja telurnya, kalau dipegang terus nanti pecah"
Suara ibu mengejutkan aku. Aku agak tersipu karena kekagetanku. Kuletakkan telur itu di atas meja kerjaku di kamar, bersebelahan dengan tumpukan soal-soal ulangan yang belum selesai kuperiksa. Aku rebahan di tempat tidur tapi pandanganku tak pernah lepas dari telur itu, aku tidak faham mengapa telur ini begitu menyita perhatianku.
Kuperkirakan dibungkus dan dikirim sekurang-kurangnya seminggu yang lalu, karena perjalanan paket dari Papua ke kotaku memerlukan waktu tempuh sedikitnya seminggu.  Mungkin bersamaan dengan tanggal keberangkatannya terbang ke Jawa, berarti sekarang ia sudah ada di tanah Jawa dengan radius yang makin dekat dengan ku. Jantungku berdegup lebih kencang dan makin tidak beraturan saat aku menyadari berarti setidaknya dalam beberapa hari ia akan datang ke rumahku dan bertemu denganku.
Jika pertemuan nanti membuat kami berdua sama-sama bisa menerima, ia akan langsung bertemu kedua orangtuaku untuk meminangku, dan segera membawaku pergi bersamanya karena ia hanya memiliki masa cuti dua minggu saja. Pak Rahman tidak dapat meninggalhkan sekolah berlama-lama. ia juga bukan orang yang bisa berlama lama meninggalkan murid-muridnya apalagi ia faham betul bahwa di sekolah tempatnya mengajar di Merauke tak ada guru lain yang mampu menggantikannya. Bukan saja sebagai guru ekonomi melainkan karena jabatannya sebagai wakil kepala sekolah bidang urusan kesiswaan,
Aku juga seorang guru sekolah menengah di kota ini, tak bisa kubayangkan bila akhir minggu depan aku sudah harus ikut bersamanya ke di ujung timur nantinya. Seseorang yang belum terlalu lama kukenal dan sangat sedikit pula yang telah diketahui tentangnya.
Sampai larut malam aku tak bisa memejamkan mata, ia sudah ada di tanah Jawa, mungkin besok atau lusa ia akan datang kemari, dan pada pertemuan yang singkat itu aku harus bisa membuat keputusan. Kuambil air wudlu dan aku sholat dua rakaat. Aku hanya bisa pasrah dan berserah pada Nya jika perjalananku memang harus demikian, semua kuserahkan pada kuasaNya. Aku tak mampu berbuat apa-apa, selain menunggu dalam kegelisahan.
Aku tidak berat hati bila harus pergi jauh meninggalkan keluarga besarku, aku pun tak segan untuk menjalani hidup di kota nun jauh di di ujung timur, aku hanya tidak mampu membayangkan bagaimana aku akan hidup dengan seseorang yang sungguh-sungguh belum kukenal.
Aku merasa lebih mengenalnya, bila sosok yang kutunggu adalah dia mungkin aku tak segelisah ini, aku mengenal pribadi dan wataknya, meskipun sama-sama kukenal hanya melalui tulisannya.  Tapi aku menangkap kesungguh-sungguhan dalam setiap tulisannya yang panjang  dalam setiap surat-suratnya. dia menulis lebih banyak untukku, semuanya selalu ditulis tangan. Dia sangat tidak suka membaca surat yang diketik, karena tulisan tangan mewakili perasaan, begitu katanya. Tanpa kusadari aku jadi merindukannya.
Tapi yang datang justru yang lugu dan sederhana. Yang menulis sangat sedikit untukku bahkan lebih menyerupai secarik memo dinas.
Tapi rencana pertemuan itu tidak pernah terlaksana, tak terwujud nyata karena kabar yang kuterima...beliaunya meninggal sesaat setelah tiba di tanah kelahirannya !! (1Jan 2013)