menjelang 2 Mei 2010,
yang diperingati sebagai Hari pendidikan... mungkin diperingati oleh hampir semua yang berkecimpung di dunia pendidikan, terutama para guru dan siswa.
Sebagian mungkin dengan melakukan"perenungan" dalam mengevaluasi perjalanan selama ini. Tidak sedikit yang menyoroti nasib guru khususnya guru honorer atau guru non pns yang hingga sekarang dianggap nasibnyamasih kurang menentu (asumsinya kalau sudah guru pns berarti sudah menentu). Pertimbangannya karena guru honorer mendapatkan honor yang dihitung berdasarkan jumlah jam mengajar dengan jumlah honor yang "tidak seberapa".
Sekitar dua puluh tahun yang lalu, saya adalah seorang guru di sebuah sekolah menengah atas negeri di Bandung, bahkan sejak sebelum lulus kuliah. Saya mengawalinya dengan sangat sukacita dan penuh rasa bangga karena bisa sedini mungkin merasakan dunia kerja pada bidang yang sesuai dengan jurusan kuliah saya, justru pada saat teman-teman seangkatan belum ada yang merasainya.
Tidak tanggung-tanggung, saya langsung dipercaya mengajar di kelas tiga semua jurusan yang segera akan mengikuti ujian akhir. Pada waktu itu selisih usia saya dengan siswa saya angkatan bertama ini sangat sedikit, karena mereka rata-rata seumur adik saya yang bungsu. Dalam banyak kisah konon itu masa paling sulit bagi guru baru dalam hal membentuk "kewibawaan" di hadapan siswa, tapi aku tidak mengalami hal-hal seperti itu. Hubunganku dengan semua murid baik yang laki-laki maupun perempuan justru sangat baik, sangat dekat,akrab, seperti teman, seperti sahabat,tanpa kehilangan kewibawaan, tanpa harus selalu jaim saat mengajar di kelas. Singkat kata semuanya sangat natural saja dan apa adanya.
Saat -saat libur jika satu kelas mengadakan acara gathering, mereka sering mengundangku meskipun aku jarang ikut hadir karena hari Minggu-ku padat untuk tugas-tugas yang banyak antara tugas sekolah dan mengajar. Sekali waktu mereka memaksa dengan fasilitas antar jemput dan janji tidak akan lama. Ternyata acara diadakan di luar kota, dan ternyata lagi ada yang ulang tahun. Surprise-nya kelewatan anak-anak ini, mereka "menculikku" tanpa memberitahukan acaranya. Hanya tiba2 aku mendapat kehormatan untuk menerima potong tumpeng dari yang ulang tahun. Sisa waktu digunakan ke sebuah bukit yang memang dijadikan tempat wisata, lagi-lagi mereka menodongku untuk menjelaskan tentang beberapa fenomena alam disitu. Ini membuatku tersentuh, setidaknya begitu mereka melihat sesuatu penampakan dari fenomena alam pikirannya langsung melayang untuk memandangnya dari sudut geografi, dan kebetulan gurunya ada....wah rasanya jadi seperti seorang ahli yang sedang diwawancarai oleh reporter tv!!
Sekali waktu aku diajak oleh guru senior untuk ikut ke lokasi pelantikan PKS di Cihideung Lembang. Aku adalah satu-satunya guru perempuan yang ikut sebagai pembina, posisiku saat itu sangat yunior. Sesungguhnya aku tidak berlaku sebagai pembina, mungkin lebih tepat disebut sedang mencobai pengalaman baru...ikut camping di tempat yang sangat dingin. Aku dapat tugas sangat ringan, hanya penjadi pendamping bagi para siswi yang mengikuti acara tersebut. Ternyata semua peserta baik laki-laki maupun perempuan semuanya membuatku sangat berkesan, mereka sangat baik, sangat perhatian,seolah-olah mereka semua merasa kasihan melihatku berada di medan yang seperti itu.
Banyak studi lapangan yang diadakan selama aku mengajar, mulai mengunjungi lokasi-lokasi penting berdasar sudut pandang geografi yang ada di Bandung sampai yang berda di luar kota Bandung. Semuanya menarik dan memberikan kesan mendalam yang tak bisa dilupakan. Terlebih lagi dari angkatan tahun pertama ini ternyata ada sekurang-kurangnya 11 orang yang kemudian masuk ke almamaterku bahkan sekurang-kurangnya ada 3 orang yang masuk pada jurusan yang sama denganku. (bersambung)
No comments:
Post a Comment